Taukah Kamu Istilah Compulsive Buying Disorder ? Kamu Salah Satunya Bukan?
Hey hey Sobat LINE Bank, siapa disini yang suka belanja? Hehe mimin salah satu diantaranya sih. Emang ya belanja tuh bikin hepi ya. Terlebih ketika kamu belanjakan sebagian uang dari penghasilan untuk barang-barang yang kamu sukai. Seperti sepatu, tas, baju, aksesoris, hingga gadget.
Bukan hanya berlaku buat barang yang disukai, keliling supermarket untuk membeli kebutuhan sehari-hari buat mimin sih itu bisa bikin hepi juga. Contoh lainnya seperti liat-liat barang yang dipajang di toko kalau bahasa kerennya sih Window Shopping, memilih dan membeli, hingga menikmati manfaat dari barang-barang yang dibeli pasti hepiiii banget deh rasanya ada kepuasan tersendiri gitu.
Namun, harus hati-hati lho jika kebiasaan ini kamu lakukan dengan frekuensi yang sangat sering dan cenderung berlebihan. Bisa jadi, kebiasaan ini membawa kamu pada kondisi Compulsive Shopping Disorder. Compulsive Shopping/Buying Disorder, memang bukan gangguan mental yang berdiri sendiri, melainkan ini termasuk salah satu gejala dari suatu gangguan mental yang diderita.
Banyak peneliti, menyebutkan bahwa kebiasaan belanja secara berlebihan ini bisa masuk dalam beberapa efek gangguan mental seperti gangguan kecanduan, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan pengaturan suasana hati, hingga gangguan kontrol impulsif. Meskipun belum jelas, namun terdapat beberapa tanda yang bisa diperhatikan ketika seseorang mengalami kondisi ini. Yuk simak lebih lanjutnya pada ulasan berikuttss!
Pengertian dan Gejala
Seperti disebutkan sebelumnya, Compulsive Shopping Disorder, bukan merupakan gangguan mental yang berdiri sendiri. Para ahli berasumsi bahwa gangguan ini termasuk salah satu efek dari suatu gangguan mental yang sedang dialami oleh seseorang. Seperti gangguan kecanduan, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan pengaturan suasana hati, hingga gangguan kontrol impulsif.
Orang yang memiliki gangguan belanja kompulsif sering dilanda dorongan yang tak tertahankan dan sangat kuat untuk membeli barang meskipun ada konsekuensi negatifnya. Meskipun belum jelas, namun orang yang memiliki gangguan ini cenderung mengalami gejala sebagai berikut:
- Kesulitan menolak pembelian barang yang tidak dibutuhkan.
- Kesulitan keuangan karena belanja yang tidak terkontrol.
- Sibuk berbelanja barang-barang yang tidak dibutuhkan.
- Sering mendapatkan masalah di tempat kerja, sekolah, atau rumah karena belanja yang tidak terkendali karena kebiasaan tersebut.
- Menghabiskan banyak waktu untuk meneliti barang-barang yang didambakan dan/atau berbelanja barang-barang yang tidak dibutuhkan.
Biasanya banyak orang yang berbelanja secara kompulsif, sebagai mekanisme koping untuk menutupi emosi yang sulit seperti stres, kecemasan, dan rendah diri. Meskipun tidak sepenuhnya salah, namun perlu diingat kalau berbelanja hanya memberikan kelegaan sementara, sehingga jika dilakukan secara terus menerus dan berlebihan maka berpotensi mendatangkan berbagai efek buruk bagi kehidupan.
Kemungkinan Risiko
Berdasarkan penelitian, remaja di awal umur 20-an hingga usia 30 tahun, memiliki risiko lebih besar melakukan kebiasaan ini.
Risiko Compulsive Shopping Disorder ini juga kerap dialami oleh orang dewasa muda yang baru pindah dari rumah dan pertama kali mengatur keuangannya sendiri. Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa wanita lebih mungkin didiagnosis dengan gangguan belanja kompulsif daripada pria.
Umumnya, orang yang melakukan kebiasaan berbelanja secara kompulsif ini dikaitkan dengan beberapa gangguan mental, seperti:
- Gangguan kecemasan
- Gangguan makan, termasuk bulimia dan gangguan pesta makan
- Gangguan kontrol impuls, termasuk perjudian kompulsif, mencabut rambut, dan mencabuti kulit
- Gangguan mood, terutama depresi berat
- Gangguan kepribadian, termasuk gangguan kepribadian menghindar, depresif, obsesif-kompulsif, dan ambang
- Gangguan penggunaan zat
Cara Mengatasi
Jika kamu memiliki kecenderungan dengan kebiasaan belanja kompulsif, maka penting untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi dan mengendalikan perilaku ini. Dalam hal ini, terdapat beberapa cara yang bisa dilakukan.
Meskipun sederhana, namun beberapa cara ini paling tidak dapat membantu kamu mengontrol hasrat tak tertahankan untuk belanja dengan menyalurkan ke hal-hal yang lebih positif. Berikut beberapa cara mengatasi Compulsive Shopping Disorder / Compulsive Buying Disorder yang bisa dilakukan:
- Mengembangkan hobi baru untuk meredakan stres dan suasana hati yang buruk. Kamu bisa memilih berbagai kegiatan positif yang disukai, seperti memasak, bermain musik, melukis, membereskan rumah, dan lain sebagainya.
- Buat daftar belanja dan tetapkan prioritas. Cobalah untuk membuat daftar belanja setiap bulan untuk barang-barang yang dibutuhkan. Mungkin sebagian barang ingin dibeli karena hasrat saja, maka penting untuk melihat kembali dan menyusun daftar belanja berdasarkan prioritas.
- Ajak seorang teman untuk menemani kamu saat berbelanja ke toko. Mintalah teman kamu untuk sering mengingatkan jika sewaktu-waktu lepas kontrol dan ingin membeli banyak barang.
- Simpan uang tunai yang terbatas. Jangan ambil banyak uang dari kartu debit kamu. Semakin sedikit uang yang tersedia di dompet, maka semakin mudah pula kamu mengontrol diri untuk membelanjakan uang.
- Jangan biasakan diri untuk buka e-commers ataupun online shop.
Nah itu dia mengenai Compulsive Buying Disorder. Kalau dari mimin sih, yuk mulai sekarang biasakan menabung. Apalagi sekarang menabung juga bisa menjadi fun karena banyak promo menarik yang ditawarkan seperti Buka tabungan LINE Bank dapat cashback hingga Rp 1,1 juta lho! Yuk coba sekarang, untuk informasi lanjut cek disini!
Dengan LINE Bank, #Upgradelyf jadi makin tenang dan cash flow tetap aman. Untukmu yang belum memiliki rekening LINE Bank, yuk buka rekening sekarang buat dapetin keuntungannya.
Caranya gampang kok, download aplikasi LINE Bank di Appstore maupun Playstore dengan klik disini!
Jangan sampai ketinggalan juga ya promo menarik LINE Bank untukmu,berikut!
Baca juga : Pentingnya Kebiasaan Menabung Sejak Dini